Tulisan Ilmiah Populer : Jumlah Kasus Kegemukan Terus Meningkat

Jumlah Kasus Kegemukan Terus Meningkat
Oleh Elsa Manora, 1506688014
Mata Kuliah Penulisan Ilmiah (PI)

Percayakah anda jika di tahun 2022 nanti akan lebih banyak orang yang gemuk dibandingkan dengan orang yang kurus? Terlepas dari jawaban yang anda berikan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Imperial College London dan WHO menyatakan bahwa jumlah anak-anak dan remaja obesitas (usia lima sampai 19 tahun) di seluruh dunia telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Jika tren saat ini berlanjut, maka pada tahun 2022 akan ada lebih banyak anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas daripada berat badan sedang atau sangat kurus.
Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight atau kegemukan adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk diukur, berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC, 2010).
Overweight atau kegemukan termasuk 4 penyakit tidak menular penyebab tertinggi kematian (WHO, 2017). Indonesia sebagai negara berkembang pun mengalami masalah tersebut. Pada tahun 2013, angka kegemukan pada anak umur 5-12 tahun di Indonesia adalah 18,8% yang terdiri dari 10,8%  gemuk (overweight) dan 8,8% sangat gemuk (obesitas). Angka gemuk tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta dengan 30,1% (Riskesdas, 2013). Salah satu penyebab masalah tersebut adalah perilaku masyarakat yang tidak sehat dan kurangnya pengetahuan maupun sosialisasi mengenai masalah gizi tersebut.
Menurut riset yang dilakukan oleh lembaga National Geographic, jumlah orang obesitas di Indonesia terus meningkat. Indonesia masuk 10 besar negara dengan orang gemuk terbanyak. Ada lebih dari 40 juta orang dewasa di Indonesia yang obesitas atau kegemukan. Hal itu setara dengan jumlah penduduk Jawa Barat, provinsi dengan jumlah penduduk terbesar. Seperti yang telah dilansir oleh mediaindonesia.com pada 8 Juni 2016, persentase obesitas pada perempuan di 2007 seperti data yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan menunjukkan angka 15%. Namun pada tahun 2016, jumlah perempuan yang kegemukan mencapai 35%. Dari gambaran data-data diatas dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki kecenderungan pola yang sama dengan Amerika dimana terjadi peningkatan pada kasus-kasus penderita obesitas.
Terkait dengan rilis mengenai perkiraan obesitas baru, WHO menerbitkan ringkasan Rencana Pelaksanaan Kegemukan Masa Depan (ECHO). Rencana tersebut memberi negara panduan yang jelas mengenai tindakan efektif untuk mengendalikan obesitas masa kecil dan remaja. WHO juga telah merilis panduan yang meminta petugas kesehatan garis depan untuk secara aktif mengidentifikasi dan mengelola anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Dr Bull selaku pakar dari WHO menambahkan: "WHO mendorong negara-negara untuk menerapkan upaya untuk mengatasi lingkungan yang saat ini meningkatkan kesempatan anak-anak kita terhadap obesitas. Negara harus bertujuan terutama untuk mengurangi konsumsi makanan padat energi terutama karbohidrat olahan tinggi, ultra olahan, padat kalori, makanan bergizi buruk. Mereka juga harus mengurangi waktu yang dihabiskan anak-anak untuk kegiatan rekreasi berbasis layar dan aktivitas santai dengan mempromosikan partisipasi yang lebih besar dalam aktivitas fisik melalui rekreasi dan olah raga aktif. 
Pasalnya, anak overweight dan obesitas enggan melakukan aktivitas fisik karena koordinasi fisik yang lemah, penarikan diri dari teman-teman sebayanya, ataupun alasan lainnya. Anak tersebut akan mengembangkan kegiatan yang tidak memerlukan pergerakan fisik ataupun teman, seperti bermain video game, melukis, atau membaca. Dengan meningkatnya kesukaan anak pada aktivitas tersebut, anak menjadi semakin malas untuk beraktivitas fisik dan semakin menarik diri dari lingkungan sosialnya (American Academy of Pediatrics Comittee on Nutrition, 2003 dalam Haugaard, 2008).



Komentar

Posting Komentar